Oleh: Zulkifli Aneuk Syuhada
Aceh Timur, 21 Juni 2025 - Di tengah derasnya arus informasi hari ini, media bukan lagi sekadar jendela dunia, melainkan telah menjadi penentu arah pikir dan perilaku masyarakat. Wartawan—sebagai ujung tombak media—memegang peranan yang sangat strategis dalam membentuk opini, mempengaruhi kebijakan, bahkan membangun atau meruntuhkan reputasi seseorang maupun lembaga. Sayangnya, di era digital yang serba cepat, banyak informasi berseliweran tanpa kejelasan sumber dan validitas, bahkan tak jarang dibumbui kebohongan dan fitnah demi popularitas dan rating. Inilah tantangan besar dunia jurnalistik modern.
Namun dalam pandangan Islam, tugas menyampaikan informasi bukan pekerjaan sembarangan. Ia adalah amanah besar yang harus dijalankan dengan hati-hati, penuh tanggung jawab, dan dilandasi nilai-nilai ilahiah. Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat Islam tidak hanya membahas urusan ibadah dan hukum, tetapi juga memberikan prinsip-prinsip mulia dalam menyampaikan informasi. Bahkan, ayat-ayat Al-Qur’an menuntun manusia agar berhati-hati dalam menerima dan menyebarkan kabar, menolak kebohongan, menjaga kehormatan sesama, serta menjunjung tinggi keadilan dan kebenaran.
Karena itu, menjadi wartawan dalam perspektif Islam bukan hanya soal menggali dan menulis berita, melainkan soal menegakkan nilai-nilai luhur: jujur, adil, bijak, dan bertakwa. Sebab dari pena seorang jurnalis, bisa lahir cahaya petunjuk atau justru gelapnya fitnah yang menyesatkan banyak orang. Maka, mari kita renungkan, bagaimana sebenarnya jurnalisme itu dipandang oleh Al-Qur’an?
1. Tabayyun: Saring Sebelum Sharing
Allah SWT menegaskan dalam Surah Al-Hujurat ayat 6:
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti (tabayyun).
Ayat ini menjadi pondasi utama dalam dunia jurnalistik Islam. Wartawan harus menelusuri kebenaran, menggali fakta, dan tidak terburu-buru menyiarkan informasi sebelum diverifikasi. Kesalahan dalam menyampaikan berita dapat menimbulkan fitnah, merusak nama baik, bahkan memicu konflik sosial.
2. Jaga Lisan dan Tulisan dari Ghibah dan Fitnah
Dalam Surah Al-Hujurat ayat 12, Allah SWT mengingatkan kita untuk tidak menggunjing (ghibah). Sayangnya, dalam praktik media modern, banyak konten yang justru membongkar aib pribadi, memutar balik fakta, atau sekadar mengejar sensasi.
Jurnalisme Islam menolak keras penyebaran fitnah dan ghibah, apalagi dalam balutan “berita eksklusif”. Seorang wartawan yang bertakwa harus menahan diri dari memberitakan sesuatu yang bisa menjatuhkan kehormatan seseorang tanpa dasar yang kuat.
3. Bersuara untuk Keadilan
Al-Qur’an juga menekankan pentingnya keadilan dalam bersaksi:
“Dan apabila kamu berkata (memberi kesaksian), maka hendaklah kamu berlaku adil, meskipun terhadap kerabatmu sendiri...” (QS. Al-An’am: 152)
Wartawan adalah saksi mata sejarah. Berita yang ia buat dapat menjadi alat keadilan atau justru alat penindasan. Dalam Islam, keberpihakan wartawan adalah pada kebenaran dan keadilan, bukan pada kekuasaan atau kepentingan pemilik modal.
4. Menyebarkan Kebaikan, Menolak Kemungkaran
Seorang wartawan Muslim seharusnya menjadi bagian dari barisan penyeru kebaikan:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar…” (QS. Ali Imran: 104)
Berita bukan sekadar informasi. Ia bisa menjadi sarana dakwah, pencerahan, pendidikan moral, dan alat perubahan sosial. Maka, berita harus membawa nilai-nilai kebaikan, bukan sekadar viralitas atau klik.
5. Amanah dan Tanggung Jawab
Profesi wartawan adalah amanah besar. Apa yang ditulis dan disampaikan akan dimintai pertanggungjawaban, baik di dunia maupun di akhirat. Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang menyampaikan berita dusta, maka ia termasuk salah satu dari tiga pendusta.” (HR. Muslim)
Jurnalis Muslim harus sadar bahwa setiap kata yang keluar adalah kesaksian. Maka, wajib baginya menjaga integritas dan kejujuran dalam setiap laporan.
Jurnalisme dalam Islam adalah jurnalisme yang beradab, jujur, adil, dan menebar kebaikan. Wartawan bukan hanya pencari berita, tapi juga penyambung lidah kebenaran. Dalam tangan wartawan Muslim yang beriman, media menjadi cahaya yang menerangi umat, bukan api yang membakar peradaban.
Semoga Allah SWT membimbing para pewarta untuk tetap berada di jalan kebenaran.
Reporter: TIM