Penyandang Disabilitas Luput Dari Perhatian Pemerintah



       Marhamah Penyandang Disabilitas 

Haba Aneuk Syuhada Pantee Bidari  Aceh Timur - Satu anak penyandang disabilitas (cacat fisik sejak lahir)  luput dari perhatian pemerintah, baik pemerintah desa maupun pemerintah kecamatan Dan kabupaten, dimana kondisi  kehidupannya sangat memprihatinkan.

Marhamah (14) anak penyandang disabilitas cacat fisik sejak lahir asal Dusun Matang Tengoh Desa Matang Pudeng Kecamatan Pantee Bidari Kabupaten Aceh Timur, sangat mengharapkan uluran tangan para dermawan untuk membantu kebutuhan sehari-hari, sedang orang tuanya dari keluarga dhuafa yang berprofesi sebagai buruh tani.
  kondisi Tempat tinggal dan tempat Tidur Marhamah yang sangat memprihatinkan 

Keseharian hanya bermain sendiri dirumah, paling hanya bisa merangkak sampai dipintu rumah.

Kondisi tempat tidur nya pun tidak layak, ia tidur di ruang terbuka bagian dapur rumahnya. 

Ramli (59) Ayah kandung Marhamah sangat mengharapkan bantuan untuk membiayai kehidupan putri nya, dulu marhamah sempat duduk dibangku sekolah sampai kelas 3 SD, namun setelah kami pindah, lokasi rumah sekolahnya jauh dari rumah tempat tinggal kami,  sehingga kami tak mampu mengantarnya, sebab di samping kami tidak memiliki kenderaan dan biaya sekolahnya. Makanya Marhammah sudah beberapa tahun tidak sekolah lagi.

Padahal Marhamah selalu menyampaikan keinginan untuk sekolah, saat ini pun dia masih sangat berharap dan  bercita-cita untuk bisa belajar di pesantren atau di dayah, sering iya menanyakan kapan diantarkan ke dayah, tapi apa daya nasib kami belum mampu memenuhi keinginan nya, Kata Ramli dengan berlinang air matanya.

saya sangat berkeinginan untuk mengaji ke dayah, agar bisa menghafal dan membaca ayat sembahyang dan bisa membaca doa, tutur Marhamah dengan keluguan nya  ke media ini di kediaman nya Sabtu 05/06 Di Desa Matang Pudeng.

Saat ditanya apakah pernah mendapatkan bantuan dari Pemerintah,Ramli mengaku " pernah sekali mendapatkan bantuan berupa kursi roda, itupun sudah lama sekali, pada saat itu marhamah masih kecil, terang nya.

Menurut Ramli, keadaan diri nya sebagai buruh tani tiap hari bekerja banting tulang  hanya mampu untuk mmbeli satu bambu beras, dan lauk seadanya, sebab pendapatan rata-rata Rp 20 - 25 ribu perhari, itupun tidak setiap hari nya, ini saja sudah sepuluh hari tak punya pekerjaan, ucap Ramli.

Reporter : Saiful Anwar 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama